Sukabumi Jumat pagi (26/9/2025) Sekitar 70 siswa dari berbagai kelas mendadak muntah, sakit perut, dan mengalami diare beberapa jam setelah jam makan siang. Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi segera dikerahkan ke sekolah untuk melakukan pertolongan pertama, memberikan cairan infus, serta mengevakuasi siswa paling parah ke rumah sakit terdekat. Kepala Dinas Kesehatan setempat menyebut bahwa sebagian siswa telah membaik setelah mendapatkan perawatan di ruang gawat darurat sekolah.
Pihak sekolah menyatakan bahwa menu MBG hari itu terdiri dari nasi, ayam goreng, sayur, dan buah. Namun, dugaan kini mengarah pada adanya kontaminasi mikroba di dapur penyedia makanan atau bahan mentah yang tidak layak konsumsi. Tim gabungan dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan BPOM pun segera melakukan penyelidikan, termasuk mengambil sampel makanan dan lingkungan dapur untuk pemeriksaan laboratorium.
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik Deyang, turut menyambangi lokasi dan menyampaikan permohonan maaf atas insiden ini. Ia memastikan pemerintah pusat akan mendukung evaluasi ketat terhadap pelaksanaan MBG di setiap daerah, agar kejadian serupa tak terulang.
Kasus ini memicu reaksi keras dari orang tua siswa dan masyarakat, yang menyoroti lemahnya pengawasan mutu katering MBG. Sejumlah orang tua meminta agar program Makan Bergizi Gratis dievaluasi menyeluruh, termasuk kejelasan pihak penyedia dan standar higienitas.
Kementerian Pendidikan menegaskan bahwa selama masa penyelidikan, distribusi MBG di sekolah terdampak akan sementara dihentikan. Sebagai langkah antisipasi, pihak sekolah diminta menyiapkan alternatif lauk lokal yang sudah terverifikasi keamanannya.
Insiden ini menjadi peringatan nasional soal pentingnya pengelolaan pangan dan sanitasi dalam program pemerintah yang menyentuh anak-anak sekolah. Masyarakat diimbau untuk terus mengawasi dan menuntut transparansi dalam pelaksanaan program pemerintah agar hak warga khususnya anak sebagai penerima manfaat terlindungi.