PARIS, 30 OKTOBER 2025 – Kasus perampokan di Museum Louvre yang mengakibatkan hilangnya delapan perhiasan bersejarah senilai sekitar €88 juta (sekitar Rp 1,6 triliun) memasuki babak baru dengan adanya pengakuan resmi mengenai kelalaian dalam sistem keamanan.
Kepala Kepolisian Paris, Patrice Faure, secara terbuka mengakui adanya kelalaian serius yang memungkinkan perampokan terjadi di museum yang merupakan salah satu yang paling banyak dikunjungi di dunia.
Poin Utama Kelalaian Keamanan
Perampokan yang terjadi pada 19 Oktober 2025 ini hanya berlangsung dalam waktu sekitar tujuh menit, menunjukkan betapa mudahnya para perampok menembus pertahanan museum:
- Akses Masuk yang Terabaikan: Para pencuri berhasil memasuki Galeri Apollo, tempat Permata Mahkota Prancis disimpan, dengan menggunakan lift barang dan tangga logam. Polisi mengakui bahwa area ini, yang seharusnya memiliki pengawasan ketat, ternyata memiliki celah keamanan.
- Waktu Kritis: Perampokan terjadi di pagi hari, sesaat setelah museum dibuka untuk umum, menunjukkan adanya jeda atau kelemahan dalam pengamanan saat transisi jam operasional.
- Minimnya Pengawasan Staf: Laporan sebelumnya dari serikat pekerja museum sudah memperingatkan bahwa staf keamanan berada di bawah tekanan besar karena terlalu sedikitnya pengawasan untuk terlalu banyak pintu masuk dan pintu keluar, sebuah masalah yang turut berkontribusi pada kerentanan ini.
Dampak dan Tindak Lanjut
Pengakuan kelalaian ini telah memicu krisis citra bagi otoritas Prancis dan Museum Louvre sendiri:
- Pengunduran Diri Ditolak: Direktur Museum Louvre dikabarkan telah mengajukan pengunduran diri atas insiden ini, namun ditolak oleh Menteri Kebudayaan Prancis.
- Perburuan Berlanjut: Meskipun dua tersangka utama telah ditangkap, delapan permata curian yang merupakan peninggalan era Napoleon tersebut masih belum ditemukan. Kedua tersangka memilih bungkam mengenai keberadaan barang curian, yang disebut-sebut tidak diasuransikan.
- Pengetatan Keamanan: Pemerintah Prancis berjanji akan melakukan audit dan pengetatan protokol keamanan di Museum Louvre dan institusi budaya lainnya di seluruh negeri untuk mencegah terulangnya insiden yang digambarkan sebagai “serangan terhadap warisan nasional” ini.
Penyelidikan mendalam terus berlangsung untuk mengungkap seluruh jaringan perampok, termasuk dugaan adanya keterlibatan orang dalam.








