Jakarta, 13 Oktober 2025 – Di tengah maraknya berbagai insiden kebakaran di wilayah permukiman dan industri, pemerintah membawa kabar baik terkait upaya penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) secara nasional. Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengumumkan bahwa luas lahan terbakar di Indonesia sepanjang tahun 2025 berhasil ditekan secara signifikan, menandai kemajuan besar dalam mitigasi bencana lingkungan yang selama ini menjadi sorotan publik.
Berdasarkan data resmi Kementerian Kehutanan, luas area Karhutla tahun 2025 tercatat mencapai 213.984 hektare, menurun drastis dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 376.805 hektare. Penurunan lebih dari 40 persen ini tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Raja Juli Antoni menjelaskan bahwa keberhasilan tersebut turut menekan kerugian ekonomi nasional akibat Karhutla dari sekitar Rp 68,25 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp 6,7 triliun pada 2025. “Angka ini adalah hasil nyata dari kolaborasi antara Kementerian Kehutanan, BNPB, BMKG, dan pemerintah daerah. Pendekatan pencegahan dini dan patroli terpadu menjadi kunci dalam pengendalian kebakaran tahun ini,” ujar Menhut dalam konferensi pers di Jakarta.
Ia menambahkan, pemerintah tidak akan memberikan toleransi sedikit pun kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, maupun korporasi perkebunan. Penegakan hukum terus diperkuat dengan dukungan dari Polri dan KLHK, termasuk penggunaan teknologi deteksi dini berbasis satelit untuk memantau titik panas (hotspot) di berbagai wilayah rawan Karhutla.
Di tingkat daerah, langkah konkret juga terlihat. Salah satunya di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, di mana aparat kepolisian dan petugas Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) menindak tegas pelaku pembakaran lahan di kawasan konservasi. Penegakan hukum dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian kawasan hutan lindung dan habitat satwa endemik.
Selain penindakan, upaya pencegahan dilakukan dengan memperkuat edukasi masyarakat lokal, membentuk desa siaga api, serta mengoptimalkan program pembasahan lahan gambut. Sementara itu, BMKG terus memperbarui sistem peringatan dini cuaca ekstrem untuk membantu petugas lapangan dalam mengantisipasi potensi kebakaran.
Raja Juli Antoni juga menyoroti pentingnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam menjaga keberlanjutan hasil positif ini. “Kita ingin memastikan bahwa keberhasilan menekan Karhutla bukan hanya pencapaian sementara, melainkan menjadi budaya baru dalam tata kelola hutan yang berkelanjutan,” tegasnya.
Dengan tren penurunan signifikan ini, Indonesia menunjukkan kemajuan besar dalam upaya mengatasi Karhutla yang selama bertahun-tahun menjadi ancaman lingkungan dan ekonomi nasional. Pemerintah berharap langkah ini menjadi fondasi kuat menuju nol kebakaran hutan dan lahan pada tahun-tahun mendatang.